Moralitas di Kala Pandemi | Online School Edition Part.3
2 Maret 2021 kemarin, Tepatlah Indonesia telah satu tahun berkabung dan bertahan hidup mati atas pandemi yang terjadi. Siapa sih yang tidak tau dengan virus corona yang telah menjakiti negeri kita selama setahun ini, bukanlah yang mudah untuk melewati rintangan pandemi, pembatasan sosial skala besar telah diberlakukan berkali-kali, namun dampak atau feedback yang dihasilkan hanyalah sebuah kenyataan pahit bahwa konfirmasi yang terjangkit virus ini makin hari makin naik saja, pada Juli 2020 rata-rata pertambahan kasus positif covid-19 hanyalah 3.000 perhari, dan sekarang telah diberlakukan new normal padahal kasus konfirmasi terjangkit perharinya rata-rata mencapai hingga angka 5.500. sumber: covid19.go.id
Melakukan
new normal ditengah kekhawatiran akan bayang-bayang bakal seperti pasien lain
yang meninggal dan terkucilkan menurut saya adalah sebuah pertarungan hidup dan
mati, disaat semua sektor sudah harus mulai beradaptasi dan melakukan kebiasaan
baru demi menjaga kestabilan negara, vaksin pun mulai bermunculan. Perdebatan
akan kemanjuran vaksin menjadi polemik di pusat hingga sudut-sudut negeri.
Sumber: Dokumen Pribadi |
Pendidikan
menjadi sektor terbesar ke tiga yang
mendapatkan pukulan keras atas dampak dari pendemi ini setelah sektor kesehatan
dan ekonomi. Bagaimana tidak, yang kesehariannya dulu berangkat kesekolah
pagi-pagi, bercengkrama dengan teman, bersuka ria dengan guru-guru, paham serta
bengong bersama di kelas kini harus menatap layar gadget selama 5 jam dari jam
tujuh hingga jam 12, belum lagi dengan jadwal belajar tambahan yang tentunya
sangat membutuhkan media conference seperti aplikasi Zoom dan Google Meet.
Hasil Output
dari belajar daring tentu berbeda dengan ketika belajar di sekolah atau
dikelas, satu hal yang akan saya angkat pada pembahasan kali ini, yaitu :
karakter. Kapasitas materi yang masuk sejak belajar dari rumah tentu berbeda
dengan ketika belajar dari kelas, dan pastinya semua siswa menginginkan untuk
mendapatkan nilai yang tinggi atau setidaknya diatas KKM. Nah.. disinilah iman
seorang siswa diuji, disinalah pembuktian dari semua nasehat-nasehat atau
ceramah yang berkoar-koar pernah disampaikan.
Ingatlah kawanku
semua..Prestasi Penting, Jujur Lebih
Utama.referensi diambil dari republika.id mengatakan, seorang guru SD di
Tangerang Selatan yang berinisial F. meceritakan bahwa ia tak jarang menemukan
jawaban dari anak didiknya yang sama antara yang satu dengan yang lain, bahkan
pula tak sedikit rangkaian kata
jawabannya sama dengan yang ada di mesin pencari. Bahkan yang paling
miris, si guru tersebut menemukan anak didiknya sedang dibantu oleh orang
tuanya dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, dan walau telah dipergok,
ditegur namun kecurangan itu tetap terjadi.
Ingat.. Allah
maha melihat, percuma jika kita terus-terusan belajar dari pagi sampai sore
namun sikap kita sebodoh/sejahiliyah itu. Kita belajar untuk mencari keberkahan
dari ilmu itu, sudah banyak orang pintar yang bahkan tingkat kepintarannya sampai
tingkat nasional namun karena ilmu yang dipahaminya tidak berkah jadi ia Cuma
lanjut di perkuliahan atau kerja yang hasilnya atau gajinya biasa-biasa saja.
Dan sebaliknya, orang-orang yang tingkat kepintarannya hanya berada di tingkat
rata-rata di kelas namun ia bisa melanjutkan kuliahnya atau pekerjaanya bahkan
sampai luar negeri.
Ingatlah
pula, masa depan bangsa ditangan kita sebagai penerus estafet tongkat
kepemimpinan negeri ini. Adalah sebuah kehancuran jika pada kenyataanya negeri
akan dipimpin oleh orang-orang yang hanya haus akan nilai namun malas dengan perjuangan,
jangan sampai nafsu busuk seorang pemimpin kini telah lahir dalam diri kita,
karena semuanya berawal dari hal yang kecil seperti yang satu ini, karakter :
Jujur.
Belum ada Komentar untuk "Moralitas di Kala Pandemi | Online School Edition Part.3"
Posting Komentar