Kisah Pedagang Asongan Tua. Sebuah Kisah Inspiratif
Sabtu, 08 Februari 2020
2 Komentar
Kisah Pedagang Asongan Tua
By.
Elok
Siapa yang tak mengenal Sekolah Islam Athirah Bone?
Sekolah terbaik di Sulawesi Selatan ini menjadi impian sebagian besar orang
untuk bisa belajar disana. Sekolah Islam Athirah Bone merupakan salah satu
sekolah unggulan di Sulawesi Selatan. Sekolah yang terletak di Jl. Sungai Musi,
Kel. Panyula, Kec. Tanete Riattang, Kab. Bone, Sulawesi Selatan ini berdiri
sejak tahun 2011.
Selain karena kekuatan akademiknya, sekolah ini merupakan
sekolah terkenal di Sulawesi Selatan. Tak heran bila proses seleksi untuk bisa menjadi siswa di Sekolah Islam
Athirah Bone sangat ketat. Siswa siswi di sekolah ini pun tidak hanya datang
dari Kabupaten Bone saja, tetapi juga datang dari berbagai daerah di Sulawesi
bahkan diluar Pulau Sulawesi.
Selain pintar, mereka yang bisa masuk di sekolah ini
seringkali datang dari keluarga berada. Namun bukan berarti pelajar yang punya
latar belakang sederhana tidak bisa
diterima. Bahkan, sekolah ini menyediakan program beasiswa bagi mereka yang kurang mampu.
Seperti seorang siswi bernama Khaerina Suardi asal
Soppeng, Sulawesi Selatan yang lolos menjadi seorang siswi di SMP Islam Athirah
Bone dengan jalur beasiswa. Sekarang ia telah menduduki bangku kelas delapan.
Ia juga merupakan seorang Wakil Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah(OSIS).
Rina bersama Ahmad Alfian Afifi, sang ketua OSIS adalah penggerak bagi seluruh
anggota-anggotanya.
Suatu hari, Alfian dan Rina diikuti pula oleh beberapa pengurus
OSIS lainnya jalan-jalan ke sebuah perkampungan di sekitar daerah panyula.
Sebagian besar warga di perkampungan tersebut merupakan orang non-muslim yang
bisa dibilang berekonomi rendah. Tempat tinggal mereka jauh dari kata sempurna.
Mereka tinggal dalam gubuk pengap beratap daun rumbia, berdinding bambu,
beralaskan tanah. Di malam hari terkadang mereka sulit tidur atau bahkan tidak
tidur semalaman, dikarenakan angin malam yang membuat mereka kedinginan.
Meskipun dengan tempat tinggal yang seperti itu, mereka mampu menyembunyikan penderitaan
tersebut dengan canda tawa mereka. Anak-anak masih bisa bermain dan
berlari-larian kesana kemari diiringi gelak tawa mereka.
Saat sedang asyiknya mereka jalan-jalan di perkampungan
tersebut, salah seorang pengurus OSIS bernama Arsyah tiba-tiba menyaksikan
suatu kejadian. Ia melihat seorang pedagang asongan yang sudah tua sedang
beristirahat di pinggir jalan dengan menghitung uang hasil penjualannya.
Kemudian, tiba-tiba seseorang memakai baju berwarna merah dan topi hitam serta
menutupi semua bagian wajahnya berlari dengan cepat dan merebut uang yang
dipegang oleh pedagang tersebut. Arsyah yang menyaksikan kejadian itu dengan
sigap berlari mengejar pencuri tersebut. Hingga akhirnya ia dapat menangkap
pencuri tersebut dan mengambil uang pedagang tua yang sudah direbut pencuri.
“Terima kasih nak,” kata pedagang tua tersebut.
Sontak, Arsyah
berbalik dan mendapati pedagang tersebut berdiri di hadapannya dengan napas
yang tersengal-sengal.
“Sama-sama pak, ini uang bapak,” balas Arsyah sambil mengembalikan
uang kepada pedagang tua tersebut.
“Semoga tuhan memberkatimu,” ucap pedagang tersebut.
Di lain tempat,
rombongan Alfian masih sibuk memerhatikan rumah-rumah warga di kampung
tersebut. Kemudian seorang pengurus OSIS bernama Intan merasa salah satu dari
mereka ada yang menghilang.
“Alfian, sepertinya salah satu dari kita ada yang pergi,”
ucap Intan.
Kemudian, Alfian
menghitung dan memerhatikan anggota-anggotanya.
“Arsyah! Kemana Arsyah?” tanya Alfian.
“Tidak ada diantara kami yang melihatnya,” jawab salah
seorang pengurus.
Mendengar jawaban tersebut, Alfian langsung berteriak
memanggil Arsyah, lalu diikuti pengurus pengurus lainnya.
“Arsyah!... Arsyah!... Arsyah!...”
Setelah berteriak dan memerhatikan sekelilingnya,
akhirnya mata Alfian menangkap sosok yang sedang dicari. Tetapi, Alfian sedikit
heran karena Arsyah sedang tidak sendirian. Ia melihat Arsyah bersama seorang
bapak tua.
“Teman-teman, Arsyah ada disana!” tunjuk Alfian ke arah
Arsyah.
Mereka pun menuju ke tempat Arsyah.
“Hei Arsyah! Dari mana saja kamu?” tanya Intan.
“Eh, hai teman-teman! Maaf tadi aku harus meninggalkan
kalian, aku harus mengejar pencuri yang mengambil uang bapak ini,” jelas
Arsyah.
“Perkenalkan pak, ini teman-teman saya,” ucap Arsyah memperkenalkan
teman-temannya.
“Salam kenal,” ucap pedagang tua diiringi senyum
tulusnya.
“Teman-teman, kenalkan ini Pak Ardi. Dia seorang pedagang
asongan. Saat ini, Pak Ardi telah menginjak usia 68 tahun. Ia beserta
keluarganya tinggal di salah satu rumah di perkampungan yang kita kunjungi. Dia
adalah seorang kristen,” jelas Arsyah.
“Apakah bapak bisa
membawa kami ke rumah bapak?” tanya Rina.
“Tentu saja boleh.”
Lalu, mereka pun menuju ke rumah Pak Ardi. Sesampainya
mereka di rumah Pak Ardi, betapa te
rkejutnya mereka melihat pemandangan rumah
Pak Ardi yang sangat jauh dari kata layak. Rumah Pak Ardi bisa dibilang gubuk
berukuran 2m x 5m beratapkan jerami, berdinding kardus dan plastik, beralaskan
tanah. Setelah melihat rumah Pak Ardi, mereka pun pamit untuk pulang.
Di sekolah, Alfian mengumpulkan seluruh siswa dan siswi
SMP Islam Athirah Bone. Ia menyampaikan hal mengenai Pak Ardi. Akhirnya seluruh
siswa siswi sepakat untuk memberikan sumbangan kepada keluarga Pak Ardi.
Keesokan harinya, Alfian, Rina, Arsyah, dan Intan kembali
mengunjungi rumah Pak Ardi dengan membawa sumbangan dari seluruh siswa dan
siswi SMP Islam Athirah Bone. Akhirnya, Pak Ardi beserta keluarganya
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada mereka.
Manusia merupakan makhluk yang berbeda dengan makhluk
hidup lain, mempunyai pikiran, akal, dan perasaan. Namun, dengan segala
pikiran, akal dan perasaannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia
membutuhkan orang lain atau manusia lain dalam hidupnya. Oleh karena itu,
manusia disebut makhluk sosial.
Toleransi adalah suatu sikap yang saling menghargai
kelompok-kelompok atau antar individu dalam masyarakat atau dalam lingkup
lainnya. Toleransi adalah suatu perbuatan yang melarang terjadinya diskriminasi
sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam masyarakat.
Toleransi ini bisa terlihat jelas pada agama, toleransi agama sering kita
jumpai di masyarakat. Adanya toleransi agama menimbulkan sikap saling
menghormati masing-masing pemeluk agama. Dalam kata lain, bahwa sikap toleransi
sangat penting karena dengan toleransilah kita dapat menciptakan sikap saling
menghargai antar satu dengan yang lain.
oi
BalasHapusBagus
BalasHapus