Jiwa Kebangsaan di Kampung Halaman. Sebuah Kisah Inspiratif
Sabtu, 08 Februari 2020
3 Komentar
Jiwa Kebangsaan di Kampung Halaman
By.Rifki
Pada awal tahun 2020,Agus akhirnya
mendapatkan pekerjaan setelah melewati hari hari yang sangat berat dalam proses
melamar pekerjaan.Ia akhirnya diterima sebagai salah satu petugas UKS di
Sekolah islam Athirah Bone .Sebelumnya,ia pernah kuliah di kampus terfavorit di
kota Bandung.Namun,setelah menjadi sarjana,ia pun memilih bekerja di kampung
halamannya sendiri walaupun di kampung halamannya masih memiliki infrasukturnya
masih belum memadai.
Ada cerita unik yang pernah Agus alami
waktu pertama kali masuk disana.Saat pertama kali menginjakkan kakinya di
Sekolah islam Athirah Bone,ia ditawari jasa oleh anak disana.
"Ada yang bisa saya bantu, pak?
Mau dibawa kemana ini pak?” Ucap anak kecil tersebut.
”Boleh, kamu tahu ruang kepala
sekolah?” Sahut Agus.
Di bawalah
Agus ke ruang kepala sekolah.Sesampainya di ruang kepala sekolah, Agus memberi
si anak uang Rupiah.Terlihat si anak bingung dengan uang yang diberikan oleh
Agus itu.Lalu ada seorang wanita yang melihatnya dan si Wanita menggantinya
dengan uang Ringgit.Agus pun heran dan terdiam.
"Kok mereka tidak tahu Rupiah?
Padahal ini Indonesia.” Tanya Agus.
"”Disini Indonesia, tapi disini
mereka pakai ringgit Malaysia. Karena kebanyakan mereka bedagang nak Malaysia,
mereka jual beli pakai Ringgit.” Jelas wanita tersebut.
Hari demi hari dilewati Agus dan
bekerja sepenuh hati melayani warga sekolah disana. Dan pada suatu waktu dia
mampir ke kelas dimana anak anak berwajah ceria yang ia temui itu belajar dan
menuntut ilmu. Lalu, sang Dokter mencoba berprofesi ganda, yaitu Petugas UKS
dan seorang Guru.Hingga pada suatu waktu, sang Dokter bertanya.
”Hayoo, siapa yang hafal lagu Indonesia
Raya?”. Tanya Agus.
Lalu salah satu dari mereka menjawab
"Apa itu Dokter? Saye tak pernah
dengar lagu itu.”
Akhirnya, Agus mengajari mereka tentang
nasionalisme dan patriotisme, mengajari mereka semua tentang Indonesia.
Dan pada suatu malam Agus itu menangis,
memikirkan tentang mereka yang hidup di perbatasan, mereka hampir tidak
mengenal jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Di masa hidupnya dia hanya ingin
memuliakan generasi generasi penerus Pancasila.
Besoknya, saat malam tiba ada seorang
anak memanggil manggil Agus. Ternyata, anak kecil itu adalah salah satu murid
di sekolah. Agus menanyainya
”ada apa?”.Tanya Agus.
Si anak menjelaskan bahwa ayahnya sedang
sakit. Di cek-lah ayahnya oleh Agus dan
Agus menjelaskan bahwa ayahnya harus
dibawa ke Rumah Sakit.
Setelah di musyawarahkan, para siswa
dan guru menggalang dana untuk membawa si ayah ke Rumah Sakit yang begitu
jauhnya berada di perkotaan. Agus, si anak dan seorang wanita ikut mengantar si
ayah. Tak disangka bahwa ayah si anak adalah seorang veteran perang. Di tengah
tengah perjalanan, perahu motor yang dinaiki si ayah, Agus, si anak, dan wanita
yang pertama ditemui Agus, mengalami kerusakan pada baling baling pendorongnya,
yang memaksa mereka berhenti.
Saat itu pula, si ayah memanggil Agus dan anak menitip pesan. Si ayah berkata,
”Nak, Indonesia itu tanah surga, apapun
yang terjadi pada dirimu, jangan sampai kehilangan cintamu pada negeri ini!
Kami bangsa Indonesia”.
Selang beberapa saat, si ayah itu
menghembuskan nafas terakhirnya dengan mengamanatkan pesan kepada si anak untuk
tetap menjaga rasa nasionalisme dalam dirinya.
Keesokan harinya,ayah si anak pun
dikuburkan di tanah airnya,Indonesia.Si anak pun meneruskan perjuangan ayahnya
dan melaksanakan warisannya.Setiap hari Agus dan anak tersebut mengamalkan
nilai nilai pancasila dan mengajarkan kepada anak anak yang ada di sana.
mantap
BalasHapusLanjutkan karyanya
BalasHapus
BalasHapus나는 그것을 좋아한다